Patah tulang (tumbuhan)

Putus sumsum
Pohon remaja di Mozambik

Pohon remaja di Mozambik

Status konservasi

Status iucn3.1 LC.svg

Risiko Invalid (IUCN 3.1)[1]

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak tercatat) Eudikot
(tidak tersurat) Rosidae
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus:
Euphorbia

Varietas:

E. tirucalli


Etiket binomial


Euphorbia tirucalli



L.[2]

Patah tulang
(Euphorbia tirucalli) (Bahasa Sanskerta: सप्तला saptala, सातला satala, Marathi: शेर-कांडवेल sher-kandvel, Sunda: susuru, Jawa: tiang urip, pacing tawa, tikel balung, Madura: kayu jaliso, k. leso, k. langtolangan, k. tabar, Kangean: kusen pancung[3]) yakni perdu yang tumbuh di wilayah iklim tropis semi-arid.

Daftar rahasia

  • 1
    Deskripsi
  • 2
    Persebaran dan habitat
  • 3
    Hama dan penyakit
  • 4
    Kemampuan dan manfaat
  • 5
    Uluran tangan pertama
  • 6
    Galeri
  • 7
    Tatap juga
  • 8
    Pustaka

Deskripsi

Lukisan tumbuhan patah tulang

Patah benak yaitu pohon perdu yang bertaruk mengalir perlahan-lahan. Tingginya ialah 2-6 m dengan pangkal berkayu, berjupang banyak, dan bergetah seperti susu yang beracun.[4]
Tumbuhan ini memiliki ranting yang bulat silindris benar struktur potlot, beralur lumat membujur, dan berwarna hijau. Setelah tumbuh sejengkal, akan bercabang dua yang letaknya mengufuk, demikian lebih lanjut sehingga tampak sebagaimana percabangan nan terpatah-patah.[4]

Daunnya pelik, berselang-seling,[5]
terdapat pada ujung ranting yang sedang taruna, dan benar ukuran katai-kecil. Etis struktur lanset, panjangnya 7-22 mm, dan cepat rontok.[4]
Penumpu daun yang sangat kecil berkelenjar dan berbulu halus terletak pada bagian asal daun.[5]

Bunganya uniseksual,[5]
tersusun intern mangkuk, warnanya kuning kehijauan, dan keluar dari ujung ranting.[4]
Biasanya, pohon ini lebih banyak menghasilkan bunga kosen tinimbang anakan betina. Teriris tulang pecah puas bulan Oktober dan berbuah puas November-Desember dan penyerbukan dilakukan oleh insekta.[6]

Aliran dan habitat

Penyebaran asli pokok kayu ini kawasan tropis Afrika, aslinya tersebar dari Angola setakat Zanzibar.[7]
Namun secara luas ditanam dan dinaturalisasi di seluruh kawasan tropis dan subtropis. Di Malesia, belum dilaporkan tanaman ini tersebar dari Borneo dan New Guinea.[5]
Di Indonesia, ditanam sbg tanaman cerocok, tumbuhan hias, tanaman remedi, dan tumbuh liar. Berharta ditemukan dari n baruh rendah sampai pada ketinggian 600 mdpl. Tumbuhan ini suka kancah bentang nan terkena cahaya surya langsung.[8]
Hanya, habitat aslinya terwalak di semak-belukar tandus, dan dinaturalisasi di semak-semak, hutan buka, dan padang jukut sampai puas ketinggian 2 m.[7]

Baca :   Macam Macam Jenis Miana

Wereng dan penyakit

Tumbuhan puntung tulang punya tendensi umpama tidak diserang penyakit karena getahnya nan beracun. Hanya, dilaporkan hadir bilang wereng yang menghakimi terpotong tulang, yakni
Meloidogyne incognita,
Cuscuta
spp. dan
Botrytis
spp. Termasuk,
Botrytis
spp. menyebabkan mayit dan akar membusuk sewaktu kondisi panas dan lembab. Selain itu, gabungan ular-ular
Meloidogyn
spp. dan
Botrytis
spp. menyebabkan mampu merusak pohon n domestik saat ringkas.[9]

Kemampuan dan kemujaraban

Getah tumbuhan ini bersifat senderut, mengandung sintesis euforbon, taraksasterol, α-laktuserol, eufol, senyawa sengai nan menyebabkan rasa tajam atau kerusakan pada rahak,
kautschuk
(zat karet), dan zat pahit. Belaka, zat obat semenjak herba ini adalah glikosid, sapogenin, terpenoid,[10]
dan asam ellaf.[4]
Tumbuhan ini juga digunakan umpama meracuni ikan sehingga mudah didapat.[11]
Minyak yang didapatkan dari getahnya nampaknya hadir gunanya sebagai pemanfaatan puas linoleum, jas karet minyak dan industri jangat sandang. Kusen keras, asli, serat kayu yang padat dari tumbuhan patah tulang ini digunakan seumpama kasok, mainan dan melapisi dengan sepuhan kayu halus. Hasil arangnya cocok sebagai digunakan sbg bubuk mesiu.[5]
[12]

Di Jawa, sejumlah penulis menyadari tapal dari bangkai atau kulitnya mampu dipergunakan umpama menyembuhkan kotok sumsum[5]
dan memulihkan penyakit alat peraba.[13]
Selain itu, sipulut rantas tulang juga subur mengeluarkan duri nan yang tertanam dan gabungan ujar-ujar pangkal pohon gadung cina dan buah gondang serta sipulut berusul tumbuhan patah tulang ini mampu menyembuhkan patek.[14]
Pokok kayu patah tulang pun disebut oleh Hartwell (1969) digunakan sbg penyembuhan tradisional sebagai puru ajal, tumor, berbelulang, dan kutil di Brazil, India, Malaya, dan Indonesia. Akarnya mampu digunakan sebagai mengecualikan dapat ular bura, di Maluku dan Malabar, tumbuhan ini berkecukupan digunakan sebagai merangsang muntah dan antisipilis.[15]
Sementara, Tungkai Kulawi di Sulawesi Tengah memperalat daun berpokok tumbuhan ini sbg diuretik (peluruh hancuran seni), provisional getahnya mampu menyembuhkan sakit persneling.[16]

Getahnya terlampau beracun, ko-karsinogenik,[17]
seperti sesuru yang suatu genus dengannya. Walau demikian, pulut dari sesuru mengandung zat pelukan, yaitu 3-0-angeloylingenol.[18]
Apabila memerciki mata, berlimpah menyebabkan kebutaan, iritasi, dan merangsang muntah apabila tertelan.[19]
Getah dari pokok kayu ini pun fertil dibuat menjadi racun serangga[12]
layaknya mindi kecil.[20]
Patah lemak tulang juga dikenal beracun sebagai nematoda[12]
dan efektif pula terhadap larva
Aedes aegypti
dan
Culex quinquefasciatus,[21]
sehingga tidak salah ranting patah benak yang telah cengkar boleh digunakan sebagai menghalau nyamuk.[11]
Kemudian, mampu juga mematikan bakteri
Staphlococcus aureus, kerang
Lymneae natalensis
dan
Biomphalaria gabrata.[17]

Baca :   Cara Merawat Wijaya Kusuma

Bantuan mula-mula

Apabila getah tumbuhan ini memerciki indra penglihatan, basuhlah mata yang diperciki dengan cairan adem sepanjang sedikit lebih 15 menit dan ulangi sekali lagi beberapa menit. Carilah bantuan medis apabila tak hadir uluran tangan pautan. Selain itu pula, enceran kelambir ataupun santan dapat kembali digunakan sebagai membasuh mata yang terpercik maka itu getah terbit tumbuhan ini.[19]

Apabila tertelan, mampu menyebabkan rasa terbakar pada alat perasa, perkataan, dan labium.

Galeri

Lihat juga

  • Daftar jenis-spesies minyak sayur
  • Biodiesel

Wacana

  1. ^
    Haevermans (2004).
    Euphorbia tirucalli.
    2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 May 2006. Database entry includes justification for why this species is of least concern
  2. ^

    Euphorbia tirucalli
    L.”.
    Germplasm Resources Information Network (GRIN) online database
    . Diakses 16 March 2010.




  3. ^
    Dalimartha 2007, hlm. 89.
  4. ^
    a
    b
    c
    d
    e
    Dalimartha 2007, hlm. 90.
  5. ^
    a
    b
    c
    d
    e
    f

    “Euphorbia tirucalli L.”. Prohati. Diakses 1 January 2013.



  6. ^
    Owen
    et al.
    2009. keadaan.1
  7. ^
    a
    b
    Owen
    et al.
    2009. hal.2
  8. ^
    Dalimartha 2007, hlm. 89-90.
  9. ^
    Mwine & van Damme 2011, hlm. 4908-4909.
  10. ^
    Ohyama et al. 1984, hlm. 21.
  11. ^
    a
    b
    Anonim 2012, hlm. 35.
  12. ^
    a
    b
    c
    Owen
    et al.
    2009. hal. 3
  13. ^
    Mwine & van Damme 2011, hlm. 4910.
  14. ^
    Dalimartha 2007, hlm. 91-92.
  15. ^

    “Euphorbia tirucalli L.”. Purdue University. 6 January 1998. Diakses 1 January 2013.



  16. ^
    Hidayat 2005, hlm. 113.
  17. ^
    a
    b
    Mwine & van Damme 2011, hlm. 4912.
  18. ^
    Dalimartha 2007, hlm. 136.
  19. ^
    a
    b
    Dalimartha 2007, hlm. 92.
  20. ^
    Dalimartha 2007, hlm. 67.
  21. ^
    Rahuman
    et al. 2008, hlm. 873.

Bacaan

  • Anonim (2012).
    Marilah Mengenal Tanaman Obat. Jakarta: Raga Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian berkerja sama dengan IAARD Press. ISBN 978-979-8191-73-2.



  • Dalimartha, Setiawan (2007).
    Atlas Tumbuhan Obat Indonesia
    3. Depok: Puspa Swara. ISBN 979-1133-14-X.



  • Hidayat, Syamsul (2005).
    Ramuan Tradisional ala 12 Rasial Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN 979-489-944-5.



  • Rahuman, A. Abdul; Gopalakrishnan, Geetha; Venkatesan, P.; Geetha, Kannappan (2008). “Larvicidal activity of some Euphorbiaceae plant extracts against Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae)”.
    Parasitology Research
    102
    (5): 867–873. doi:10.1007/s00436-007-0839-6. ISSN 1432-1955.



  • Mwine, Julius; van Damme, Patrick (2011). “Euphorbia tirucalli
    L. (Euphorbiaceae) – The miracle tree: Current gengsi of avaible knowledge”.
    Scientific Research and Essays
    6
    (23): 4905–4914. doi:10.5897/SRE10.1143. ISSN 1992-2248.



  • Ohyama, Kepurun; Ochida, Yuko; Misawa, Norihiko; Komano, Tohru; Fujita, Minoru; Ueno, Tamio (1984). “Oil body formation in
    Euphorbia tirucalli
    L. cell suspension cultures”.
    Plant Cell Report
    3
    (1): 21–22. doi:10.1007/BF00270222. ISSN 1432-203X.



  • Owen et al. (2009),
    Euphorbia tirucalli
    (brochure), 4.0 (dalam bahasa Inggris), Agroforestry Database, hlm. 1–5



Baca :   Cara Makan Buah Sawo


edunitas.com